- Back to Home »
- Analisa »
- Analisa Cerita Si Kancil Pencuri Ketimun
Posted by : Imedia9.net
Thursday, May 17, 2012
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan berkat-Nyalah kita semua masih hidup di dunia yang penuh dengan fatamorgana ini. Kedua-dua marilah kita sama-sama berteriak: Aaaaaaargh!! INI SIAPA SIH YANG NGARANG CERITA SI KANCIL SUKA MENCURI KETIMUUN! Bikin napsu aja! Ehm. Maaf, saya sedikit es-mosi. Soalnya si kancil itu tokoh idola saya. Jadi kalau ada yang cerita aneh-aneh soal si kancil langsung saya libas. Ibarat pepatah mengatakan "Lo asyik, gu santai. Lo usik, gua bantai!"
Ada banyak versi tentang cerita si kancil pencuri ketimun. Salah satu yang paling banyak ditemukan di internet adalah versi yang dimulai dengan kalimat ini:
Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang.
Sampai sini, kalimatnya ga ada masalah. Malahan cukup bagus karena tidak dimulai dengan kata Pada Suatu hari, pada jaman dahulu kala atau Kriiiiiing! Jam weker berbunyi aku terlambat ke sekolah... dst. Intinya kalimat pembukanya keren. Dilanjutkan dengan kalimat:
Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. "Tolong! Tolong!" terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari.
Wah, mulai seru nih jalan ceritanya. Terus-terus...
Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. "Kebakaran! Kebakaran!" teriak Kambing. "Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan!"
Woi, woi, apa-apaan ini? Kok cerita si kancil pencuri ketimun ada kebakarannya segala? Aneh banget. Padahal dulu-dulu waktu diceritain sama bapak saya, ga pernah ada tuh insiden kebakaran gini. Kuat dugaan jika penulis cerita ini telah 'menambahkan' kejadian kebakaran untuk memperkuat plot selanjutnya. Yaitu si kancil lari terbirit-birit dan sampai ke ladang pak Tani.
Oh, rupanya begitu. Baiklah. Ide kebakaran itu pun jadi terasa lumayan. Adegan pun terus berlanjut sampai si kancil tiba di ladang pak tani. Dia terkejut saat melihat ladang pak Tani. Tahu nggak apa yang dia bilang?
"Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan." mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali!
Saya nggak tahu apa maksud penulis membuat si kancil mengucapkan kalimat itu. Mungkin dia bermaksud untuk mengatakan jika si kancil itu adalah anak yang baik dan selalu bersyukur kepada ke Tuhan atas segala karunianya. Ini pesan yang baik sekali. Namun kalimat selanjutnya:
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buah-buahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya?
WTF!! Ini si kancil sebenernya belajar agama apa sih? Di satu sisi Terima kasih, Tuhan di sisi lain dengan tanpa dosa makan tanaman pak Tani. Tunggu! Untuk kasus ini jangan salahkan si kancil. Salahkan penulisnya! Dia bahkan menulis dengan tegas: Si Kancil nakal sekali, ya?
Kalo elu mau bikin cerita si kancil bakalan nakal kenapa pake kalimat Terima kasih, Tuhan? Ampun dah! Jadi sebenernya si penulis ini mau bikin tokoh si kancil yang kayak apa sih? Baik? Buruk? Setengah-baik atau setengah-buruk? Ampun dah!
Dan kalimat selanjutnya adalah kalimat yang paling menohok dan menyayat-nyayat hati bagai diiris sebilah katana. Begini kalimatnya:
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah, pesta berlanjut lagi, nih" kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku."
WOI! Kancil nggak suka ketimun, woi! Nyak! Babek! Ade-ade! Om! Tante! Sodare-sodare semue! Itu nyang bilang kancil suka makan ketimun tuh sapaaa? ITU PITNAH!
Ada banyak versi tentang cerita si kancil pencuri ketimun. Salah satu yang paling banyak ditemukan di internet adalah versi yang dimulai dengan kalimat ini:
Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang.
Sampai sini, kalimatnya ga ada masalah. Malahan cukup bagus karena tidak dimulai dengan kata Pada Suatu hari, pada jaman dahulu kala atau Kriiiiiing! Jam weker berbunyi aku terlambat ke sekolah... dst. Intinya kalimat pembukanya keren. Dilanjutkan dengan kalimat:
Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. "Tolong! Tolong!" terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari.
Wah, mulai seru nih jalan ceritanya. Terus-terus...
Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. "Kebakaran! Kebakaran!" teriak Kambing. "Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan!"
Woi, woi, apa-apaan ini? Kok cerita si kancil pencuri ketimun ada kebakarannya segala? Aneh banget. Padahal dulu-dulu waktu diceritain sama bapak saya, ga pernah ada tuh insiden kebakaran gini. Kuat dugaan jika penulis cerita ini telah 'menambahkan' kejadian kebakaran untuk memperkuat plot selanjutnya. Yaitu si kancil lari terbirit-birit dan sampai ke ladang pak Tani.
Oh, rupanya begitu. Baiklah. Ide kebakaran itu pun jadi terasa lumayan. Adegan pun terus berlanjut sampai si kancil tiba di ladang pak tani. Dia terkejut saat melihat ladang pak Tani. Tahu nggak apa yang dia bilang?
"Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan." mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali!
Saya nggak tahu apa maksud penulis membuat si kancil mengucapkan kalimat itu. Mungkin dia bermaksud untuk mengatakan jika si kancil itu adalah anak yang baik dan selalu bersyukur kepada ke Tuhan atas segala karunianya. Ini pesan yang baik sekali. Namun kalimat selanjutnya:
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buah-buahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya?
WTF!! Ini si kancil sebenernya belajar agama apa sih? Di satu sisi Terima kasih, Tuhan di sisi lain dengan tanpa dosa makan tanaman pak Tani. Tunggu! Untuk kasus ini jangan salahkan si kancil. Salahkan penulisnya! Dia bahkan menulis dengan tegas: Si Kancil nakal sekali, ya?
Kalo elu mau bikin cerita si kancil bakalan nakal kenapa pake kalimat Terima kasih, Tuhan? Ampun dah! Jadi sebenernya si penulis ini mau bikin tokoh si kancil yang kayak apa sih? Baik? Buruk? Setengah-baik atau setengah-buruk? Ampun dah!
Dan kalimat selanjutnya adalah kalimat yang paling menohok dan menyayat-nyayat hati bagai diiris sebilah katana. Begini kalimatnya:
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah, pesta berlanjut lagi, nih" kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku."
WOI! Kancil nggak suka ketimun, woi! Nyak! Babek! Ade-ade! Om! Tante! Sodare-sodare semue! Itu nyang bilang kancil suka makan ketimun tuh sapaaa? ITU PITNAH!
Yang namanya kancil itu binatang pemalu, dan pendiam. Makanan yang paling disukainya adalah buah-buahan kecil yang berair. Ya, ketimun memang berair. Tapi kancil NGGAK SUKA makan ketimun. Kalau pun tuh kancil kepepet dan mesti makan ketimun, bisa mokat dia! Alias koit! Death! Die! Kucluk-kucluk suddenly get a heart attack!
Sabar. Sabar.
Saya memang suka rada emosi kalau udah baca cerita-cerita si kancil yang kesannya selalu memojokkan binatang lucu, imut dan menggemaskan itu. Nah, lanjut ke analisa berikutnya.
Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. "Ah, lebih baik aku ke sana," kata Kancil memutuskan."Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku malah diberinya timun gratis."
WTF!! Ini logikanya di pake nggak sih??
Kasus:
Saya seorang koruptor kelas kakap. Baru aja merugikan negara dengan menggelapkan dana sebesar 10 trilyun rupiah . Saya minta maaf deh sama rakyat Indonesia. Siapa tahu, dikasih duit 1 trilyun lagi. *DZIG!*
Saya tahu ini cerita buat anak-anak. Tapi mbok ya di pikir baik2 toh mas. Masa anak-anak diajari mencuri terus minta maaf supaya dikasih jatah lagi sih? Ampuuun... ampuuun!
Image si kancil sebagai sosok binatang nakal pencuri ketimun memang sudah sangat terkenal di masyarkat luas. Bukan saja di Indonesia bahkan sampai ke manca negara. Saya juga bahkan pernah menemukan versi kisah si kancil dalam bahasa Inggris. Meski pun begitu, saya tetap optimis, jika image si kancil bisa diubah dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Sudah saatnya si kancil tidak lagi dikenal sebagai sosok si pencuri ketimun, tetapi sebagai binatang pahlawan yang siap melindungi teman-temannya. It's time for revolution!
(Rickman Roedavan)
Menurut yang saya pelajari, Kancil awalnya ditulis oleh seorang Pujangga Jawa. Dan kenapa Kancil digambarkan mencuri ketimun yang justru tidak disukainya itu bukan karena ketidaktahuan sang pujangga. Ada simbol dan kritik terhadap manusia di sana ;-)
ReplyDeleteJadi jangan buru2 gigit laptop yah. Filosofi cerita ini sebenarnya sangat dalam. Hanya saja semua itu tidak bisa ditampung oleh versi2 yang sudah terdistorsi selama ini.
Ada simbol & kritik terhadap manusia? Masa sih? Saya udah coba nanya sama mbah google, dan hasilnya saya hanya menemukan artikel http://ceritarakyatnusantara.com/id/article/19-Transformasi-Cerita-Binatang-di-Indonesia-dan-Pesan-Moral-yang-Terkandung-di-Dalamnya-. Berikut penggalannya:
ReplyDeleteDalam episode lain, yaitu Kancil dan Pak Tani, dikisahkan tentang Kancil yang selalu mencuri mentimun di lading Pak Tani akhirnya tertangkap dan dikurung di dalam kurungan sementara Pak Tani menyiapkan peralatan untuk menyembelih Kancil. Tanpa sepengetahuan Pak Tani, seekor anjing menghampiri Kancil dan bertanya mengapa Kancil ada di dalam kurungan. Kancil yang cerdik menjawab bahwa dia akan dinikahkan dengan puteri Pak Tani yang cantik, makanya Pak Tani menjaga agar Kancil tidak kabur dengan memasukkanya ke dalam kurungan. Lalu Kancil menawarkan pada Anjing untuk bertukar tempat. Percaya oleh tipuan Kancil, Anjing mau saja membebaskan Kancil lalu masuk ke dalam kurungan untuk menggantikan Kancil. Sekali lagi, dengan akalnya Kancil berhasil lari dari maut.
Pesan moral yang dapat diambil dari cerita ini bukanlah tentang kelicikan Kancil yang menipu Anjing untuk kepentingannya sendiri, melainkan alasan mengapa Kancil mencuri mentimun di ladang Pak Tani.
Menurut Ki Ledjar Soebroto, Kancil mencuri mentimun di ladang Pak Tani bukanlah karena dia suka mencuri, melainkan karena hutan lindung tempat hewan-hewan hidup telah dirusak oleh manusia serakah sehingga tak ada lagi yang bisa dimakan Kancil, lalu ia mencari makan di ladang Pak Tani.
Cerita ini jika ditinjau lebih jauh menyampaikan pesan moral tentang lingkungan. Mengingatkan kita bahwa dunia ini bukan milik manusia saja, tapi ada hewan-hewan yang juga perlu tempat untuk tinggal dan mencari makan. Karena itu kita sebagai manusia harus menjaga dan melestarikan hutan-hutan tempat para hewan tinggal.
Filosofi ceritanya sangat dalam? Menurut saya nggak juga. Karena seorang pengarang yang baik adalah seorang pengarang yang berhasil menyampaikan pesannya kepada pembaca. Jika seorang pengarang terlalu berfilsapat-filsapatan sampai2 orang menafsirkan ceritanya dengan keliru, berarti 'gaya' berceritanya kurang bagus.
Dari puluhan juta orang yang pernah baca cerita si kancil & Pak Tani (si kancil pencuri ketimun) berapa persennya sih dari mereka yang habis baca cerita itu langsung berkata:
"Oh, si kancil mencuri ketimun karena hutan dirusak manusia. Jadi manusia harus pelihara hutan ya...."
GUBRAK!!
Survei membuktikan jika orang abis baca cerita itu bakalan komentar:
"Si kancil udah mencuri, udah nipu, masih juga bebas. Dasar cerdik!"
See? Filosofi cerita itu penting. Tapi GAYA membawakan cerita itu jauh lebih penting. Dan yang PALING penting, ketika pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang tersampaikan dengan baik sehingga tidak menyebabkan makna-ganda.
Wadooo thumb up buat protest cerita kancilnya. Tapi saya minta maaf karena nda perna beli cerita anak-anak kecuali ada punya ponakan yang dibawa.
ReplyDeleteTidak ada yang tau maksud "sebenarnya" yang dimaksudkan penulis kecuali Tuhan. Kita menganalisa, mengkritisi hanya berdasar teori yang ada,,dan teori selalu ada kemungkinan salah
ReplyDeleteBagaimanapun, pengarang tetap yang terhebat karena ternyata dia mampu membuat pembaca berdebat, kalang kabut hanya karena cerita rekaannya.
Kehebatan karya sastra,, :D
Dari mas yang mengkritsi, dari dari cerita yang mas baca, ada benarnya, tapi itu memang cerita yang sudah terdistorsi,, yang "koplak" penerbitnya, editornya "edan" meloloskan versi cerita kancil yang seperti itu. Lebih edan lagi penulisnya yang skarang yang menulis demi uang.
Gobloknya orang tua dan kita yang mau membeli buku itu, dan membacakannya untuk anak2 mereka,,