Popular Post

Archive for April 2012

Lambung Kancil vs Ketimun

By : Imedia9.net

Kancil ternyata tidak suka makan mentimun, jauh dari yang kita yakini selama ini. Selama ini yang kita yakini, kancil adalah sosok hewan kecil yang cerdik namun nakal. Kancil sangat gemar memakan mentimun, meski harus mencuri sekali pun.
Baik dari dongeng maupun lirik lagu karangan Ibu Sud (?), kancil atau disebut juga pelanduk sering di identikkan dengan penggemar mentimun. Demi makanan kesukaannya ini, kancil tidak segan mencuri. Dan ternyata anggapan itu salah.
Kancil ternyata tidak menyukai mentimun
Kancil ternyata tidak menyukai mentimun
Kancil yang dalam bahasa latin disebut Tragulus javanicus, merupakan hewan ruminansia (pemamah biak) terkecil diantara binatang ruminansia lainnya. Hewan ruminansia merupakan binatang yang lambungnya terdiri lebih dari satu ruangan bahkan umumnya terdiri empat ruangan seperti sapi, kambing, rusa, dan domba.
Namun meskipun hewan pemamah biak (ruminansia) lambung kancil lebih sederhana dan hanya memiliki 3 ruangan. Oleh karena itu, kancil disebut sebagai hewan ruminansia primitif.
Kondisi lambung yang hanya terdiri atas tiga ruangan ini membuat kancil relatif selektif dalam memilih makanannya. Jika hewan ruminansia lainnya menyukai rumput, kancil lebih memilih makanan yang mudah dicerna.
Di hutan, kancil memakan pucuk daun (terutama yang berair), buah-buahan yang jatuh dari pohon, rumput dan akar. Sedangkan di kebun binatang maupun kandang peliharaan, kancil biasanya diberikan makanan seperti irisan kangkung, kacang panjang, wortel, bengkoang, ubi, selada, jagung muda, terong serta buah-buahan. Kancil menyukai buah-buahan yang lunak dan berbau harum. Buah kesukaan binatang ini antara lain pisang, apel, dan nangka.
Dari berbagai pengamatan, saat kancil (Tragulus javanicus) disediakan beraneka jenis buah dan daun, termasuk mentimun diantaranya, kancil akan memilih berbagai buah yang lunak dan harum untuk dimakannya. Dan ternyata, kancil tidak memilih mentimun sama sekali selagi masih ada jenis makanan lainnya.
Djalal Rosyidi, Mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Ternak Ilmu Pertanian Bogor (IPB), pernah melakukan penelitian tentang kehidupan kancil. Penelitian ini dilakukan sejak Desember 2004 hingga Juli 2005 melibatkan 23 ekor kancil yang terdiri dari 16 ekor kancil dewasa yang dipelihara dikandang, 2 kancil liar dan 5 kancil anak.
Salah satu yang diteliti adalah pola makan binatang bernama latin Tragulus javanicus ini. Pada saat makan, kancil selalu melakukan pemilihan dengan menggunakan alat penciumannya. Dalam beberapa hari diberikan menu makanan yang terdiri ubi, kondang, kangkung, terong, wortel, dan timun. Hasilnya, Dari pakan yang diberikan selama proses penelitian, urutan jenis pakan yang disukai kancil adalah ubi, kondang, kangkung, terong, wortel, dan mentimun.
Mentimun, menurut hasil penelitian Djalal Rosyidi, menjadi makanan yang jarang disukai oleh kancil. Selain relatif lebih keras dari menu makanan lainnya, mentimun mengeluarkan lendir dan bau yang kurang disukai oleh kancil.
Satu lagi, kancil ternyata merupakan binatang yang pemalu. Jauh dari kesan yang ditimbulkan dari dongeng-dongeng di mana keberanian dan kecerdikan kancil mampu memperdaya berbagai satwa lain termasuk harimau sekali pun.
Jika dalam berbagai fabel (cerita binatang) kancil digambarkan cerdik mungkin benar. Karena ternyata kancil mampu memilih makanan yang sesuai dengan lambungnya yang sederhana dibandingkan hewan ruminansia lainnya. Tetapi kalau dikatakan bahwa kancil nakal dan suka mencuri mentimun, tunggu dulu!. Kancil ternyata tidak suka makan mentimun, untuk apa ia mencurinya?.
So, jangan terlalu percaya pada dongeng.
Klasifikasi ilmiah: Kingdom: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Famili: Tragulidae; Genus : Tragulus; Spesies : Tragulus javanicus
Sumber:
Referensi:
  • www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0511/18/nas8.htm
  • alamendah.wordpress.com/2010/02/11/pelanduk-kancil-populer-tapi-data-deficient
  • id.wikipedia.org/wiki/Hewan_pemamah_biak
  • gambar: commons.wikimedia.org (wikipedia)
Tag : ,

Si Kancil & Seruling Ajaib

By : Imedia9.net

Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu. “Ternyata enak juga jalan-jalan dihutan bambu, sejuk dan begitu damai,” kata kancil dalam hati. Keasyikan berjalan membuat ia lupa jalan keluar, lalu ia mencoba jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi yang terjadi si kancil malah terjepit diantara batang pohon bambu. “Tolong! Tolong!” teriak kancil. Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat terjepit. Ia hanya berharap mudah-mudahan ada binatang lain yang menolongnya.
Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang beristirahat sambil mendengarkan kicauan burung. Ia berkhayal bisa bernyanyi seperti burung. “Andai aku bisa bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang mau mengajari aku bernyanyi ya ?”, tanyanya dalam hati. Semilir angin membuat harimau terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia mendengkur, terdengar suara berderit-derit. Suara itu semakin nyaring karena terbawa angin. “Suara apa ya itu ?” kata harimau.
“Yang pasti bukan suara kicauan burung, sepertinya suaranya datang dari arah hutan bambu, lebih baik aku selidiki saja,” ujar si harimau. Suara semakin jelas ketika harimau sampai di hutan bambu. Ia mendapati ternyata seekor kancil sedang terjepit diantara pohon-pohon bambu. “Wah aku beruntung sekali hari ini, tanpa susah payah hidangan lezat sudah tersedia”, ujar harimau kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat tubuh kancil yang gemuk. Kancil sangat ketakutan.”Apa yang harus kulakukan agar bisa lolos dengan selamat ?”, pikir si kancil.
“Harimau yang baik, janganlah kau makan aku, tubuhku yang kecil pasti tak akan mengenyangkanmu.” “Aku tak perduli, aku sudah lama menunggu kesempatan ini,” ujar si harimau. Angin tiba-tiba berhembus lagi, kriet….kriet… “Suara apa itu ?”, Tanya Harimau penasaran. “Itu suara seruling ajaibku,” jawab kancil dengan cepat. Otaknya yang cerdik telah menemukan suatu cara untuk meloloskan diri. “Aku bersedia mengajarimu asalkan engkau tidak memangsaku, bagaimana ?” Tanya si kancil. Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena ia memang ingin dapat bernyanyi seperti burung. Ia berpikir meniup seruling tidak kalah hebat dengan bernyanyi. Tangan si kancil pura-pura asyik memainkan seruling seiring dengan hembusan angin. Sementara harimau memperhatikan dengan serius. “Koq lagunya hanya seperti itu ?”, Tanya harimau. “ini baru nada dasar”, jawab kancil.
“Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku”, kata si kancil. Harimau melakukan apa yang dikatakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas dari jepitan pohon bambu. “Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu pada batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan ,” Kancil menerangkan dengan serius. “Jangan heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus lho.” “Untung ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib,” kata kancil dalam hati. “Harimau yang telah terjepit diantara batang bamboo tidak menyadari bahwa ia telah ditipu si kancil. “Kau mau pergi kemana, Cil ?”, Tanya harimau. “Aku mau minum dulu, tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup seuling,” jawab si kancil. “Masa aku harus belajar sendiri ?”, tanya harimau lagi. “Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kau harus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi meninggalkan harimau.
Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang. Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit. “Hore aku bisa !”, seru harimau bersemangat. Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau menjadi terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari jepitan batang bambu. “Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya aku ini !, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan. “Grr, benar-benar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si kancil”, kata harimau.
Setelah lelah mencari si kancil, akhirnya harimau beristirahat di bawah pohon. Angin berhembus kembali. Kriet..kriet..krietmembuat batang-batang bambu saling bergesekan dan berderit-derit. Hal ini membuat amarah harimau sedikit reda. Ia jadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi dapat meniup seruling asli ! Membuat para binatang menari dan menyanyi.

(Sumber: Elexmedia)
Tag : ,

Si Kancil & Bende Wasiat

By : Imedia9.net

Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil membasuh mukanya. “Hmm, gagah juga aku ini, tubuhku kuat berotot dan warna lorengku sangat indah,” kata harimau dalam hati. Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat semena-mena pada binatang lain yang lebih kecil dan lemah. Si kancil akhirnya tidak tahan lagi. “Benar-benar keterlaluan si harimau !” kata Kancil menahan marah. “Dia mesti diberi pelajaran! Biar kapok! Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide bagaimana cara membuat si harimau kapok.

Setelah lama terdiam, “Hmm, aku ada ide,” kata si kancil tiba-tiba. “Tapi kau harus menolongku,” lanjut si kancil. “Begini, kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu karena telah menggangguku, dan katakan juga pada si harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang berani menggangguku, termasuk harimau, karena aku sedang menjalankan tugas penting,” kata kancil pada kelinci. “Tugas penting apa, Cil?” tanya kelinci heran. ” Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu Harimau disana.” “Tapi aku takut Cil, benar nih rencanamu akan berhasil?”, kata kelinci. “Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik”. “Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau lagi.”
Si kelinci pun berjalan menemui harimau yang sedang bermalas-malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang terjadi padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau menjadi geram mendengarnya. “Apa ? Kancil mau menghajarku? Grr, berani sekali dia!!, kata harimau. Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada. “Itu dia si Kancil!” kata Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon besar di ujung jalan. “Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku dihajar lagi,” kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak.
“Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?” Tanya harimau sambil marah. “Jangan bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting”. “Tugas penting apa?”.

Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya. “Aku harus menjaga bende wasiat itu.” Bende wasiat apa sih itu?” Tanya harimau heran. “Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil, tapi bende ini bukan sembarang bende, kalau dipukul suaranya merdu sekali, tidak bisa terlukis dengan kata-kata. Harimau jadi penasaran. “Aku boleh tidak memukulnya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara merdu dari bende itu.” “Jangan, jangan,” kata Kancil. Harimau terus membujuk si Kancil. Setelah agak lama berdebat, “Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa ya?”, kata si kancil.
Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang terjadi…. Ternyata bende itu adalah sarang lebah! Nguuuung…nguuuung…..nguuuung sekelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena merasa diganggu. Lebah-lebah itu mengejar dan menyengat si harimau. “Tolong! Tolong!” teriak harimau kesakitan sambil berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai. Byuur! Harimau langsung melompat masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah. “Grr, awas kau Kancil!” teriak Harimau menahan marah. “Aku dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang ya?”. Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak terlalu kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi.
“Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit disengat lebah,” kata kancil. “Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah bukan?”. “Aku harap harimau bisa mengambil manfaat dari kejadian ini,” kata kelinci penuh harap.”

(Sumber: Elexmedia)
Tag : ,

Si Kancil Kena Batunya

By : Imedia9.net

Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan dihutan sambil membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata,”Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku”. Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. “Buaya, Gajah, Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya”.
Si kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk dibongkahan batu yang besar. Si siput berkata,”Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira ?”. Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan letak si siput.
“Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya ?”. Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan !. “Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam”. Ujar si kancil. Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu siputpun berkata,”Hai kancil !, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat”. Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.
Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada dijalur lomba. “Jangan lupa, kalian bersembunyi dibalik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si kancil,” kata siput.
Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, kancil memanggil siput.

Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru,”Hai Kancil ! Aku sudah sampai sini.” Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.

Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata,”Kancil memang tiada duanya.” Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu besar. “Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari ?”. Ejek siput. “Tidak mungkin !”, “Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang”, seru si kancil.
“Sudahlah akui saja kekalahanmu,”ujar siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya. “Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka”, ujar siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah si kancil dengan rasa menyesal dan malu.

(Sumber: Elexmedia)
Tag : ,

Si Kancil Pencuri Ketimun

By : Imedia9.net

Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang.
Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. “Tolong! Tolong! ” terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari.
“Ada apa, sih?” kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk.
Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. “Kebakaran! Kebakaran! ” teriak Kambing. ” Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan! “
Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya.
Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil bertubuh kecil, tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-temannya.
“Aduh, napasku habis rasanya,” Kancil berhenti dengan napas terengah-engah, lalu duduk beristirahat. “Lho, di mana binatang-binatang lainnya?” Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. “Wah, aku berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini.”
Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya. “Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?’7 Kancil semakin takut dan bingung. “Tuhan, tolonglah aku.”
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani.
“Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan,” mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali!
“Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali,” kata Kancil sambil menelan air liurnya. “Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah.”
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya?
“Hmm, sedap sekali,” kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. “Andai setiap hari pesta seperti ini, pasti asyik.”
Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. “Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi,” kata Kancil sambil menguap.
Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya. Krr… krr… krrr…
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. “Wah, pesta berlanjut lagi, nih,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku.”
Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas itu. “Wow, itu dia yang kucari! ” seru Kancil gembira. “Hmm, timunnya kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi! Wah, pasti sedap nih.”
Kancil langsung makan buah timun sampai kenyang. “Wow, sedap sekali sarapan timun,” kata Kancil sambil tersenyum puas.
Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. “Wah, ladang timunku kok jadi berantakan-begini,” kata Pak Tani geram. “Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang ganas. Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?”
Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon timun yang rusak karena terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah timun yang berserakan di tanah. Hm, awas, ya, kalau sampai tertangkap! ” omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. “Panen timunku jadi berantakan.”
Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang berantakan.
Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani itu. “Hmm, dia pasti yang bernama Pak Tani,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kumisnya boleh juga. Tebal,’ hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Hi… hi… hi….
Sebelumnya Kancil memang belum pernah bertemu dengan manusia. Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari teman-temannya. “Aduh, Pak Tani kok lama ya,” ujar Kancil. Ya, dia telah menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi. Rupanya dia ketagihan makan buah timun yang segar itu.
Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambil mengomel, karena hasil panennya jadi berkurang. Dan waktunya habis untuk menata kembali ladangnya yang berantakan.
“Ah, akhirnya tiba juga waktu yang kutunggu-tunggu,” Kancil bangkit dan berjalan ke ladang. Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun Pak Tani.
Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat ladangnya berantakan lagi. “Benar-benar keterlaluan! ” seru Pak Tani sambil mengepalkan tangannya. “Ternyata tanaman lainnya juga rusak dan dicuri.”
Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. “Hmm, pencurinya pasti binatang,” kata Pak Tani. “Jejak kaki manusia tidak begini bentuknya.”
Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si pencuri. “Aku harus membuat perangkap untuk menangkapnya! “
Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di rumahnya, dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!
Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun. Bentuknya persis seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran berkibar-kibar tertiup angin.
Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik Pak Tani.
“Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi,” ucap Kancil, yang melihat dari kejauhan. “Ia datang bersama temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?”
Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. “Ah, lebih baik aku ke sana,” kata Kancil memutuskan. “Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku malah diberinya timun gratis.”
“Maafkan saya, Pak,” sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu. “Sayalah yang telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?”
Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil.
“Huh, sombong sekali!” seru Kancil marah. “Aku minta maaf kok diam saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?” gerutunya.
Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua tangannya melekat erat di tubuh boneka itu.
” Lepaskan tanganku! ” teriak Kancil j engkel. ” Kalau tidak, kutendang kau! ” Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orang-orangan itu. “Aduh, bagaimana ini?”
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. “Nah, ini dia pencurinya! ” Pak Tani senang melihat jebakannya berhasil. “Rupanya kau yang telah merusak ladang dan mencuri
timunku.” Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. “Katanya kancil binatang yang cerdik,” ejek Pak Tani. “Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha… ha… ha…. “
Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.
” Aku harus segera keluar malam ini j uga I ” tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku. “
Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si penjaga rumah. “Ssst… Anjing, kemarilah,” bisik Kancil. “Perkenalkan, aku Kancil. Binatang piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah. Asyik, ya?”
Anjing terkejut mendengarnya. “Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pak Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak.”
Kancil tersenyum penuh arti. “Yah, terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong! “
Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajakn-ya pergi ke pesta.
“Oke, aku akan berusaha membujuk Pak Tani,” janji Kancil. “Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam. Bagaimana?” Anjing setuju dengan tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari kandang.
“Terima kasih,” kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. “Maaf Iho, aku terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya.” Kancil segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.

(Sumber: Elexmedia)


Analisa Cerita Si Kancil Pencuri Ketimun
Tag : ,

Si Kancil & Buaya

By : Imedia9.net

Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir hutan. Dia hanya ingin mencari udara segar, melihat matahari yang cerah bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. Dia ingin berjemur di bawah terik matahari. Di situ ada sungai besar yang airnya dalam sekali. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi di perutnya,..krucuk…krucuk…krucuk. Wah, rupanya perutnya sudah lapar. Dia membayangkan betapa enaknya kalau ada makanan kesukaannya, ketimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Dia berfikir sejenak. Tiba-tiba dia meloncat kegirangan, dan berteriak: “Buaya….buaya…. ayo keluar….. Aku punya makanan untukmu…!!” Begitu Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sugai yang dalam itu.
Sekali lagi Kancil berteriak, “Buaya…buaya… ayo keluar… mau daging segar nggak?”
Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Huaahhh… siapa yang teriak-teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja.” “Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak aku makan nanti kamu.” Kata buaya kedua yang juga muncul.
“Wah…. bagus kalian mau keluar, mana yang lain?” kata Kancil kemudian. “Kalau cuma dua ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluar semuaaa…!” Kancil berteriak lagi.
“Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya.
“Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat buaya-buaya di sungai ini,” makanya harus keluar semua.
Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil teman-temannya untuk keluar semua. “Hei, teman-teman semua, mau makan gratis nggak? Ayo kita keluaaaar….!” buaya pemimpin berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.
“Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian para buaya pada baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti aku akan menghitung satu persatu.”
Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.
“Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil berteriak, “Satu….. dua….. tiga…..” begitu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”
Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian,” kata Kancil.
“Ha!….huaahh… sialan… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Aws kamu ya.. kalau ketemu lagi saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun.

(Sumber: Elexmedia)
Tag : ,

Karakter Kancil Saga

By : Imedia9.net

Kiky Si Kancil

Dibesarkan tanpa induk, Kiky tumbuh menjadi seekor kancil pemberani yang mempunyai cita-cita luhur. Menjadi anggota Laskar Mustafa dan menjaga perdamaian di seluruh negeri Dongeng.

Tag : ,

Kumpulan Dongeng Si Kancil

By : Imedia9.net

Dongeng, cerita, kisah, dan semacamnya tidak saja menarik untuk disimak, tetapi juga menyimpan nilai-nilai yang menggugah, mencerahkan, serta membangkitkan emosi dan harapan bagi buah hati tercinta. Nah, buku “Kumpulan Dongeng si Kancil” ini berisi cerita tentang tokoh kancil yang cerdik, pemberani, cerdas, jenaka, dan suka menolong.
Lewat buku ini, buah hati Anda diajak untuk menyelami kisah kancil yang seru, mengharu biru, dan menegangkan. Tidak hanya itu, si kecil juga akan diajak untuk menghayati pesan-pesan moral yang terkandung dalam setiap cerita. Harapannya, putra-putri Anda tumbuh menjadi pribadi yang hangat, bersahabat, dan memiliki budi pekerti mulia.
Buku ini menghadirkan lima kisah kancil yang sudah populer di masyarakat. Diceritakan kembali dengan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Ilustrasi yang apik dan jenaka kiranya kian menambah daya tarik buku ini. 


Judul: Kumpulan Dongeng si Kancil
Penyusun: Elfi Luthfiya
Penerbit: Idea World Kidz
Jumlah Halaman: iv + 32
Ukuran: 20,5 x 29,5 cm
Format: Softcover, jilid steples, full color




Si Kancil (Bukan) Pencuri Ketimun

By : Imedia9.net

Uuugghh…! Siang itu Si Kancil terduduk lemas di tepi sungai yang mulai menyusut airnya. Perutnya melilit kelaparan. Di hutan tempat tinggal Si Kancil sudah tak ada lagi tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan, semuanya gersang dan pepohonan habis ditebang manusia. Banyak kawan-kawannya, para penghuni hutan yang mati kelaparan atau ditangkap penduduk desa karena mereka terpaksa mencuri makanan dari perkebunan penduduk. Selama berhari-hari Si Kancil makan seadanya, rumput-rumput kering atau dedaunan yang menguning yang masih bisa ditemukannya. Tak ada lagi buah-buahan yang bisa ia dapatkan di hutan.
Perlahan Si Kancil bangun, dan memutuskan untuk berjalan menyusuri sungai. Langkah kakinya lemah dan hampir terjatuh. Si Kancil berharap bisa menemukan tempat yang masih dipenuhi pepohonan. Seharian penuh Si Kancil berjalan hingga saat menjelang malam, hidungnya mencium sesuatu yang sangat dikenalnya.
Aroma buah timun yang segar! Hmmmm….. air liur Si Kancil menetes, rasa lapar dan perutnya kian terasa.
“Timun-timun itu pasti lezat dan bisa mengobati rasa laparku!” batin Si Kancil.
Si Kancil pun berjalan semakin mendekat. Mencari sumber aroma buah timun. Oh, ternyata aroma itu berasal dari kebun Pak Tani. Dalam keremangan cahaya sore, samar-samar Si Kancil melihat buah-buah timun yang menggantung, menggelayut pada pohonnya yang merambati tonggak bambu. Sungguh menggoda selera!
Hati-hati Si Kancil melangkah masuk ke dalam kebun Pak Tani. Namun belum jauh langkah kaki Si Kancil, tiba-tiba ia teringat pesan ibunya. “Jangan pernah mengambil yang bukan milik kita, Nak! Itu sama saja kita mencuri. Mencuri itu perbuatan yang tidak baik!”
Si Kancil menjadi bimbang. Ia ingat betul, ibunya selalu menasihati Si Kancil untuk berbuat baik dan tidak melakukan perbuatan yang tidak baik. Andai saja ibunya masih hidup dan tahu Si Kancil mencuri, pasti ibu akan sangat marah.
“Tapi aku lapar sekali,” ucap Si Kancil pada dirinya sendiri.
Kebun pak Tani (http://1.bp.blogspot.com)
“Meskipun kau kelaparan, kau tidak boleh mencuri, Nak!” nasihat ibunya kembali terngiang di telinga Si Kancil.
“Kalau begitu aku akan tunggu Pak Tani datang ke kebunnya, mungkin jika aku meminta ijin padanya, Pak Tani mau memberikan sedikit timunnya padaku,” batin Si Kancil lagi.
Akhirnya Si Kancil memutuskan untuk menunggu Pak Tani datang esok pagi. Meski perutnya terasa lapar, Si Kancil memaksa untuk memejamkan mata. Si Kancil pun tertidur dengan perut kelaparan di dekat kebun Pak Tani.
***
Pagi-pagi sekali Pak Tani bangun dan bersiap pergi ke kebun. Beberapa waktu belakangan ini, kebun-kebunnya sering dirusak binatang-binatang hutan. Binatang-binatang itu mencuri sayur dan buah yang ditanamnya. Tak ingin jerih payahnya habis dicuri binatang-binatang dari hutan, Pak Tani kemudian memasang perangkap dikebunnya. Hampir setiap pagi ada saja binatang yang masuk dalam perangkap.
Pak Tani berangkat menuju kebun timunnya sambil membawa keranjang. Timun-timun di kebun sudah cukup tua untuk di panen. Pak Tani memerlukan keranjang itu untuk membawa hasil panenannya.
“Semoga saja, timun-timunku tidak dicuri lagi oleh binatang-binatang itu!” Harap Pak Tani dalam hati.
Tapi, betapa terkejutnya Pak Tani saat mendapatkan seekor kancil tergeletak di dekat kebun timunnya. Perlahan sekali Pak Tani mendekati Si Kancil.
“Hei! Kancil ini tidak kena perangkap, tapi kenapa dia tergeletak di sini?” guman Pak Tani heran.
Dilihatnya lagi Si Kancil, “Mungkinkah kancil ini mati?”
Pelan sekali Pak Tani menepuk tubuh Si Kancil, untuk memastikan apakah Si Kancil masih hidup atau tidak. Tepukan tangan Pak Tani membuat Si Kancil terbangun.
“Oh, sudah pagikah ini?” seru Si Kancil sambil mengusap matanya. Sejurus kemudian, Si Kancil baru menyadari kehadiran Pak Tani di depannya.
“Apakah Pak Tani ini pemilik kebun timun itu?” tanya Si Kancil ragu.
Pak Tani yang masih kebingungan, hanya mengangguk.
“Oh, maafkan aku Pak Tani. Aku tak bermaksud mencuri timun di kebunmu. Aku hanya seekor kancil yang sedang kelaparan karena hutan tempat tinggalku sudah gundul dan kami tak punya makanan apa pun” ucap Si Kancil.
Pak Tani menatap Si Kancil dan berkata dalam hati, “Sepertinya ia kancil yang jujur.”
“Bolehkah aku meminta satu atau dua buah timun dari kebunmu?” Si Kancil memohon lirih.
Pak Tani yang juga baik hatinya, kemudian mengangguk, mempersilakan kancil memetik timun di kebunnya.
“Ambillah, sebanyak yang kau mau, kancil!”
“Terima kasih,” ucap Si Kancil. Lalu ia pun memetik beberapa buah timun, ia tak mau serakah dengan memetik timun sebanyak-banyaknya meskipun Pak Tani mengijinkan. “Aku rasa ini sudah cukup, terima kasih, Pak Tani.”
“Kau kelihatannya kancil yang jujur dan baik hati, tak seperti teman-temanmu yang lain. Mereka merusak kebun sayurku di sebelah sana,” ujar Pak Tani.
“Maafkan teman-temanku, Pak Tani,” ucap Si Kancil. “Mereka terpaksa mencuri karena pepohonan di hutan habis ditebangi manusia. Kami tak punya lagi persediaan makanan dan terpaksa mencuri dari kebun-kebun penduduk.” Si Kancil menatap ke arah hutan yang sudah gundul, tak ada satu pun pohon tersisa di hutan itu.
Di hutan sudah gundul (http://fr.toonpool.com)
Kepala Pak Tani mengangguk-angguk mendengar penuturan Si Kancil.
“Aku juga minta maaf, Kancil. Karena ulah kami para manusia yang menebangi pohon-pohon di hutan membuat kalian kelaparan. Aku berjanji akan mengajak penduduk desa untuk menanami hutan kembali dan menjaganya. Sebagai permohonan maaf, kau boleh mengajak teman-temanmu untuk ikut memanen timun di kebunku dan makanlah sepuas kalian dari hasil kebunku.”
“Terima kasih, Pak Tani!” Si Kancil tersenyum bahagia dan memeluk Pak Tani erat.
***
Judul Asli: Si Kancil, Pak Tani & Hutan Yang Gundul
Penulis: Hesti Edityo 
Editor: Afandi, Edi Kusumawati

- Copyright © Kiky Si Kancil - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -